Menjemput Rizki


”Janganlah merasa bahwa rizkimu datangnya terlambat. Karena, sesungguhnya, tidaklah seorang hamba akan meninggal hingga telah datang kepadanya rizki terakhir yang telah ditentukan untuknya. Maka, tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rizki, yaitu dengan mengambil yang halal dan meninggalkan yang haram.” (HR Al-Hakim). Sering kali, manusia diliputi rasa gundah dan putus asa atas kepastian rizki yang akan diperolehnya. Apalagi, di tengah kondisi perekonomian bangsa yang kian terpuruk. Kenaikan harga sembako, maraknya PHK, sempitnya lapangan kerja, serta minimnya keahlian yang dimiliki menjadi momok yang menakutkan.


Di tengah kondisi krisis ekonomi, mestinya tidak menjadikan seseorang putus asa akan karunia Allah SWT jika saja mengimani hadits di atas. Rasa putus asa dan kekhawatiran yang berlebihan justru akan lebih mempersulit terbukanya pintu rizki yang telah digariskan. Rasa yakin dan optimis mestinya terus dipupuk dalam hati akan datangnya rizki Allah, dengan dibarengi usaha maksimal dan tawakal tentunya.

Dalam Alquran, Allah SWT memerintahkan hambanya untuk terus yakin dan optimis akan datangnya anugerah serta karunia-Nya dengan cara menghempaskan jauh-jauh rasa putus asa tersebut dalam lubuk hati seorang Mukmin. ”… dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya, tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS Yusuf [12]: 87).

Tugas manusia adalah menjemput rizki dengan berusaha dan berdoa sebaik-baiknya sesuai etika dan jalan yang dibenarkan Allah dan Rasul-Nya. Adapun, setelah itu, kita diperintahkan untuk menyerahkan segala hasil jerih payah kita sepenuhnya pada Allah SWT.Mustahil bagi Allah SWT menyalahi janji pada hambanya yang telah berusaha sekuat yang ia mampu. Karena, sesungguhnya, ia akan mendapatkan balasan selaras dengan usaha yang telah dikerahkan. ”Dan, katakanlah, bekerjalah kamu sekalian. Maka, Allah dan Rasul-Nya beserta orang-orang Mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada-Nya yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata. Lalu, diberikan-Nya kepada kamu apa yang kamu kerjakan.” (QS Attaubah [9]: 105). Jiwa pantang menyerah dan tidak putus asa adalah karakter seorang Muslim. Maka, maksimalkanlah segala kemampuan yang dimiliki untuk menjemput jatah yang telah ditetapkan. Karena, itu adalah ibadah

About mentari

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment