Antara Sebutir Jagung dan Angkasa

alt

Musim dingin telah tiba, sekelompok itik liar terbang migrasi ke arah selatan. Mereka terbang berbaris membentuk sebuah huruf V yang cantik, banyak orang yang memandang ke langit mengagumi kecantikan mereka.
Diantara kelompok itik liar ini adalah seekor itik yang bernama Walai.
Pada suatu hari, dia dari langit memandang ke bawah, tampak ada suatu tempat yang menarik perhatiannya, tempat itu adalah sebuah peternakan itik.
Di sana ada sekelompok itik peliharaan, sedang memakan jagung, mereka bergoyang lenggang lenggok di sekitar peternakan itik.
Melihat pemandangan itu Walai sangat gembira, lalu menggerutu sendiri, ”Setiap hari terbang di atas langit sangat melelahkan! Saya akan singgah ke tempat itu sebentar untuk beristirahat sambil memakan jagung, ini adalah sebuah hal yang fantastis!” Setelah mempertimbangkan sejenak, Walai meninggalkan kelompok itik liar terbang ke bawah ke peternakan itik.
Dia mendarat di tengah itik peliharaan, dan bergabung dengan mereka berjalan bergoyang kesana-kemari sambil memakan jagung dengan gembira.
Kelompok itik liar yang sedang terbang tidak peduli dia terpisah dari kelompok. Mereka terus terbang melanjutkan perjalanan migrasi ke selatan. Melihat mereka terus terbang, Walai cuek saja, sambil berpikir, setelah beberapa bulan ketika mereka kembali ke tempat ini tidak akan terlambat jika saya bergabung kembali dengan mereka.
Waktu berlalu dengan cepat beberapa bulan telah berlalu, kelompok itik liar kembali terbang pulang ke utara, ketika Walai melihat kelompok itik liar ini, mereka terbang dengan bebas, Walai mulai bosan dengan kehidupan di peternakan itik.
Karena bagaimanapun dia berjalan kesana-sini seluruh tempat ini penuh dengan lumpur, yang dilihat juga hal yang sama setiap hari yaitu sekelompok itik peliharaan.
“Sudah waktunya saya kembali ke kelompok saya!” pikir Walai.
Oleh sebab itu dia dengan sekuat tenaga mengepakkan sayapnya mencoba terbang, tetapi selama ini dia telah makan banyak jagung sehingga membuat tubuhnya menjadi gemuk, lagipula dia sudah lama tidak mengepakkan sayapnya.
Oleh sebab itu, begitu dia mencoba terbang dia langsung terjatuh kembali ke tanah, karena terbang terlalu rendah dia terjatuh kembali ke peternakan itik. Sambil menghela nafas dia berkata kepada dirinya sendiri, “Apa boleh buat, saya akan tungguh beberapa bulan lagi, ketika mereka pulang lagi dari daerah selatan baru saya bergabung dengan mereka juga tidak akan terlambat, pada saat itu, saya akan kembali menjadi itik liar".
Musim semi berganti musim dingin telah tiba. Ketika kelompok itik liar kembali melewati peternakan itik, Walai mencoba sekali lagi mengepakkan sayapnya terbang, tetapi sudah terlambat, dia tidak berdaya terbang lagi berat badannya makin bertambah.
Sejak saat itu setiap musim dingin dan musim semi, dia selalu hanya bisa memandang kelompok itik liar teman-temannya terbang dengan bebas di atas kepalanya, mereka seolah-olah berteriak memanggilnya, tetapi Walai walaupun betapa inginnya dia terbang ke atas tetapi tidak mempunyai tenaga lagi. Sampai pada akhirnya, ketika kelompok itik liar ini melewati kepadanya dia juga tidak  peduli lagi, sekarang dia sudah menjadi seekor itik peliharaan di peternakan itik.
Terkadang, kehidupan kita juga tidak akan dapat bertahan hidup seperti itik liar ini. Di dalam perjalanan hidup kita ini, sepanjang jalan akan menghadapi berbagai godaan, jika kita tidak bisa menahan godaan hanya demi sebutir jagung, maka kita akan kehilangan seluruh angkasa

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment