Pengelola University of Benin (UNIBEN) di Nigeria, yang berada di Ibu Kota Negara Bagian Edo di wilayah selatan negeri tersebut, Selasa (8/01) mengumumkan penemuan obat herbal baru yang dapat mengalahkan HIV dan AIDS, dan mendesak penderita agar mencobanya.
Dekan School of Basic Medical Sciences, UNIBEN, Isaiah Ibeh, mengungkapkan obat herbal tersebut kepada wartawan. Ia mengatakan obat itu telah menjalani serangkaian uji coba yang berhasil di laboratorium dan oleh ahli medis di Nigeria serta Amerika Serikat, tempat obat tersebut lulus dalam uji coba yang lebih kritis.
"Kami berada di jalan untuk membuat sejarah, dalam pengertian bahwa kami tampaknya memiliki sesuatu yang akan secara permanen mengobati apa yang selama ini kelihatanya telah mengalahkan semua solusi. Kami berbicara tentang temuan paling akhir obat oral yang dibuat dati ekstrak tanaman di Nigeria untuk mungkin mengobati wabah, HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)," kata Ibeh sebagaimana dilaporkan Xinhua yang dipantau media di Jakarta, Rabu (9/01) pagi.
Ditambahkannya, penelitian mengenai proyek itu telah dimulai pada 2010 dan mencapai puncaknya dengan pengembangan obat cair yang dikenal dengan nama Deconction X (DX) atau Bioclean 11, untuk mengobati HIV/AIDS.
"Obat retrovirus yang ada merupakan obat campur-tangan buat penanganan AIDS, tapi temuan baru kami adalah obat yang mungkin berhasil," tambahnya.
Menurut Ibeh, universitasnya telah berusaha meneliti obat herbal lebih dulu serta analisis toksiologinya dan menemukan bahwa itu memiliki margin aman yang besar sebelum mengungkapkannya kepada umum.
"Ini berarti jika hewan atau manusia terpajang padanya, mereka takkan menderita bahaya serius sama sekali dari pajanan tersebut," katanya.
Universitas Nigeria itu juga mengaku telah memperoleh hasil yang menyegarkan dan mengungkapkan, setelah melakukan analisis bakteriologi terhadap obat tersebut. Setelah itu, universitas tersebut meneliti dampaknya pada virus itu.
"Obat tersebut telah memperlihatkan hasil baik pada pasien yang terserang virus HIV dan telah memperlihatkan bukti mengenai pemulihan total jaringan yang rusak. Hasilnya memperlihatkan peningkatan berat tubuh orang yang menggunakan DX," kata Ibeh.
Ia mengatakan uji coba lebih lanjut sedang dilakukan guna memastikan tahap seorang pasien akan terbukti negatif setelah diberikan obat itu. Ia menjelaskan pengabsahan itu jadi perlu sebab itu lah yang digunakan untuk mengukur apakah infeksi masih ada atau tidak.
"Hasil awal memperlihatkan lima pasien paling akhir yang diberikan obat oral dalam waktu tujuh bulan, tiga di antara mereka memperlihatkan tanda negatif, sedangkan dua orang lagi masih positif," jelasnya.
Pada saat yang sama, ia memohon pemerintah dan lembaga terkait lain agar membantu universitas Nigeria dengan menyediakan perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan penelitian.
via: komhukum.com
0 comments:
Post a Comment