Dibutakan Cemburu, Selamanya Aku Tak Melihat Kado Cinta Itu


Sudah sekitar setahun aku berada dalam tahanan yang hampa sehampa hatiku. Aku masuk ke sini karena sebuah kesalahan yang bahkan aku sendiri tidak dapat memaafkannya. Entah bagaimana aku memaafkan diriku sendiri karena aku telah kehilangannya.


Bermula dari awal tahun lalu, setelah aku dan istriku, Rila, pulang dari bulan madu setelah menikah pertengahan Januari. Kami bahagia, pasangan paling bahagia di planet bumi ini. Aku berharap Rila segera memiliki anak, karena dengan hal itu lengkaplah sudah keluarga kami.

Namun setelah sebulan pulang dari Belanda, rutinitas pun mulai menjamahi hari-hari kami. Dia bekerja, aku bekerja. Kesibukan mulai menjenuhkan aku dan Rila. Kami mulai sering menemui kesulitan dalam mengurus rumah tangga sekalipun tak berdebat. Kuanggap itu biasa, namanya juga pengantin baru. Namun... ada yang berbeda. Rila sering mengangkat teleponnya dengan menjauh dariku.

Kecurigaanku Menjadi-jadi

Aku mulai curiga, sekalipun Rila mengatakan itu adalah teman kerjanya. Aku bertanya kenapa harus sembunyi-sembunyi dan dia menganggap itu hal yang wajar sehingga aku tidak perlu curiga seperti itu. Mungkin Rila benar, namun ada yang menyesakkan benak dan batinku. Apalagi Rila mulai sering menolak diantar karena berkata dia bisa ke kantor bersama teman-temannya. Kuakui sejak saat itu hubungan kami agak dingin. Lebih-lebih aku yang sering bertanya namun tak mendapat balasan yang jelas darinya.

Aku mencium gelagat bahwa Rila menemui orang lain di belakangku. Dan sepertinya itu benar. Suatu sore aku memergokinya di sebuah restoran bersama seorang pria muda. Mereka nampak bingung ketika aku datang bagaikan reality show yang memergoki perselingkuhan. Aku begitu marah dan sang pria berkali-kali berkata bahwa ini tak seperti yang kupikirkan. Namun aku sudah naik pitam, karena menemukan amplop hasil kehamilan yang menunjukkan itu positif.

Aku menduga bahwa itu adalah buah perselingkuhan mereka. Aku kalap di restoran umum. Aku menghajar pria itu hingga mulutnya berdarah-darah. Rila berusaha melerai dan aku benar-benar sudah tidak bisa mendengarkannya. Aku menepis tangannya hingga dia terbentur meja dan pingsan. Mungkin aku tidak akan berhenti bila keamanan tak segera menahanku. Aku berteriak, mengamuk dan mencaci maki mereka.

Namun tahukah kalian? Itu adalah kesalahan terbesar dalam hidupku. Aku terlalu dibutakan cemburu dan ternyata Rila meninggal karena benturan keras kepalanya. Meja itu memang terbuat dari batuan tebal dan besar. Saat dia mungkin sudah sekarat, aku hanya mengira dia pingsan. Dan hal ini bukanlah satu-satunya penyesalan.

Kebenaran Yang Terlambat


Seminggu setelah aku resmi ditahan, pemuda yang kuhajar muncul di hadapanku. Ia mengatakan sebuah kenyataan pahit yang harus kutelan untuk kedua kalinya. Ia datang padaku dengan seragam dokter, ia memperkenalkan diri sebagai Danis, seorang dokter kandungan. Dia adalah sahabat Rila sejak kuliah. Rila memang mengandung, namun bukan anak Rila dan Danis, melainkan anakku. Sudah beberapa hari Rila merasakan hal yang aneh pada tubuhnya, maka ia berkonsultasi pada teman-teman kerjanya.

Ternyata mereka merekomendasikan dokter kandungan yang tak lain adalah sahabatnya sendiri. Akhirnya, diam-diam Rila melakukan kontrol ke dokter karena tidak mau mengganggu kesibukanku dan ingin memberikan sedikit kejutan. Tak lama kemudian, Rila membuat janji dengan Danis karena hasil pemeriksaan kandungannya sudah keluar.

Rila sangat bahagia ketika dia tahu dia hamil. Dia juga berencana memberikan hasil pemeriksaan itu kepadaku saat aku berulang tahun. Namun sebelum itu, dia ingin merahasiakannya karena ingin menjadikannya kejutan. Seandainya aku tidak melakukan insiden itu, tiga hari kemudian aku akan menerima kabar baik yang kunantikan selama ini.

Aku menyesal. Selalu dan sangat menyesal. Mengapa cemburu ini tersulut begitu cepat, sehingga menahan kemungkinan baik yang mungkin aku dapat. Aku bahkan tidak ingin keluar dari sel, bila pun keluar, rasanya ingin mengubur diriku sendiri di dalam tanah. Aku kehilangan pekerjaan, kepercayaan, istri dan juga anakku.

Jangan cepat cemburu. Atau setidaknya... jangan buta saat kau cemburu. Jangan sepertiku. Karena dibutakan cemburu, selamanya aku tak melihat kado cinta itu.

via: vemale.com


About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment