5 Rumah yang Menjadi Terkenal Karena Menolak Digusur


Istilah baru tercipta bagi rumah-rumah yang menolak digusur oleh pemerintah ataupun pengembang besar. Disebut sebagai “rumah kuku” yang mengacu pada neologisme Cina untuk rumah milik orang-orang yang menolak menjual pada pembangunan. Istilah “rumah kuku” diciptakan oleh pengembang dengan menyamakan kuku yang terjebak di dalam kayu dan tidak dapat dipaku dengan palu. Setiap tahun “rumah kuku” bermunculan untuk menentang kekuasaan. Mereka merupakan symbol dari orang kecil yang berdiri melawan pemerintah dan pengembang swasta.

Rumah Keluarga Wu, Chongqing, Cina


Rumah keluarga Wu dan 280 rumah lain berada di lokasi pusat perbelanjaan enam lantai yang sedang dibangun di Chongqing. Keluarga Wu  menolak selama dua tahun untuk mengosongkan rumah keluarga mereka yang telah dihuni selama tiga generasi.  Akibatnya Pengembang memotong aliran listrik dan  air, puncaknya ketika tanah  digali 10 meter (33ft) lubang yang dalam mengelilingi sekitar rumah mereka.  Keluarga Wu sempat protes dengan  masuk ke lokasi konstruksi, menduduki kembali rumahnya , dan mengibarkan bendera China di atas.

Yang Wu adalah seorang juara bela diri lokal , mengancam untuk mengalahkan setiap penguasa yang berusaha untuk mengusir dia. Istrinya, seorang pemilik restoran bernama Wu Ping pernah  merencanakan untuk membuka sebuah restoran di lantai dasar rumah. Mereka sempat di wawancarai dan di siarkan nasional  untuk menghasilkan publisitas. Pemilik menolak tawaran sebesar 3,5 juta yuan (US $ 453.000), tapi akhirnya mencapai kesepakatan  dengan pengembang pada tahun 2007. Pada tanggal 4 April 2007, rumah di Chongqing sentral hancur dan Wu dan keluarganya menerima penyelesaian satu juta yuan ditambah apartemen baru.

Rumah Keluarga Luo Baogen, Wenling, Cina

Photobucket

Sebuah rumah dengan 5 lantai masih berdiri tegak di tengah jalan yang baru selesai dibangun. Pemilik rumah itu Luo Baogen dan istrinya bersikeras tidak mau menerima kompensasi dari pemerintah guna pembangunan jalan baru di kota Wenling, provinsi Zhejiang, China. Alhasil rumah 5 lantai itu masih berdiri tegak di tengah jalan. Jalan baru itu dibangun untuk menfasilitasi stasiun kereta api Wenling yang akan segera di buka. Dan alasan Baogen menolak karena kompensasi yang ditawarkan tidak akan mencukupi biaya pembangunan rumah mereka kembali.

Luo, 67, mengatakan ia baru saja selesai rumah dengan biaya sebesar $ 95.000 dan telah ditawarkan hanya $ 35.000. Akhirnya setelah bertahan lebih dari setahun, Luo akhirnya menyetujui penggantian sebesar  $ 41.000. Dan di awal Desember 2012 rumah itupun diratakan oleh buldoser.

Rumah Zhao, Kunming, Cina


28 Oktober 2010, pengembang menggali parit di sekitar rumah Zhao di Zhaojiadui, Kunming dan mengakibatkan air hujan menggenang  menciptakan parit disekitar rumahnya.  Zhao terpaksa  harus menyeberang untuk berkegiatan diluar rumah. Ketika ditanya mengapa ia tidak pindah , Pak Zhao mengatakan bahwa rumahnya dibangun di atas tanah milik negara, namun pengembang akan memberikan kompensasi sesuai dengan standar tanah komune sebagai tanah pertanian yang secara signifikan lebih rendah. Zhao menolak tawaran pemerintah kompensasi 2.900 yuan (US $ 434) per meter persegi, karena ia meminta kompensasi harus setara dengan properti perkotaan, yaitu 5.500 yuan per meter persegi. Jadi, ia dan keluarganya tidak menandatangani perjanjian. Dia terus tinggal di apartemen dengan istri dan ibunya yang berusia 83 tahun. Teror terus menghiasi kehidupan mereka, diantaranya jendela rumah yang ditembaki, dan penghajaran Zhao oleh beberapa preman. Kasus ini masih dalam penyelidikan polisi dan masih belum selesai untuk penggantian kompensasi.

Rumah  Yao Buqing di Yongji Street, Jinhua, Cina

Photobucket

Yongji Street adalah jalanan yang terkenal di kota Jinhua karena posisi “rumahkuku” yang terletak di tengah jalan. Bangunan tiga lantai hanya berdiri tepat di sisi bahu jalan lengkap dengan tanah kebun yang  mempersempit jalan dari empat menjadi  dua jalur. Pemilik rumah ini adalah 57 tahun Yao Buqing. Rumah berdiri sebagai rumah kuku di jalan selama 5 tahun.

Rumah Edith Macefield , Seattle, USA


Edith Macefield mencapai ketenaran di seluruh dunia pada tahun 2006 ketika ia keras kepala menolak US $ 1 juta untuk menjual rumahnya untuk membuat jalan bagi pengembangan komersial di lingkungan Ballard dari Seattle. Dalam prosesnya, ia menjadi pahlawan rakyat. Sebaliknya, proyek lima lantai dibangun sekitar 108 tahun rumah pertanian yang berusia 108 tahun , di mana dia meninggal pada usia 86. Setelah kematiannya terungkap bahwa Macefield menghendaki rumahnya untuk sahabatnya Barry Martin si pengawas konstruksi bangunan baru, untuk rasa syukur atas persahabatan yang telah menunjukkan dirinya selama konstruksi.  Pada bulan Juli 2009 Barry Martin menjual rumah itu kepada Greg Pinneo sebesar $ 310.000. Greg Pinneo berniat untuk menggunakan rumah sebagai kantor untuk menjalankan firma pelatihan real estatenya. Rumah ini juga menjadi ide untuk film kartu Disney yang berjudul ‘UP’.

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment