Judul Film : Perahu Kertas 2
Sutradara : Hanung Bramantyo
Bintang : Maudy Ayunda, Adipati Dolken, Reza rahadian, Elyzia Mulachela, Tyo Pakusadewo,Ira Wibowo, August Melasz, Kimberly Ryder
Rated : **
Dear Neptunus/Tahukah engkau, mengapa perahu kertasku diletakan di tengah laut?/Aku ingin perahu kertas ini berlabuh di mana pun itu. Pernyataan Kugy (Maudy Ayunda)ini ketika meletakan perahu kertasnya setelah berlayar dengan perahu nelayan nyaris sebangun dengan opening scene di Perahu Kertas 1. Adegan ini sudah cukup memberikan arahan pada penonton bagian kedua dari film besutan Hanung Bramantyo ini tak lain dari ke mana cinta Kugy berlabuh. Apakah kepada Remi (Reza Rahadian) atau Keenan (Adipati Dolken). Begitu juga dengan Keenan apakah hatinya tertambat pada Kugy atau Luhde (Elyzia Mulachela)
Plot yang sebetulnya bisa ditebak. Baik bagi mereka yang membaca novelnya maupun yang tidak.
Diceritakan setelah berpisah cukup lama, dua “Agen Neptunus” yaitu Kugy dan Keenan bertemu kembali di acara pernikahan Eko (Fauzan Smith) dan Nonu (Sylvia Fully R). Keempat kawanan “Pura-pura Ninja”ini merayakan reuni kecil. Dialog ringan antara Keenan dan Kugy cukup memperkuat mereka sekalipun sudah punya “tambatan hati”lain sebetulnya masih saling memperhatikan.
Ce..ile pakai kacamata? Kelihatan tua? Celetuk Keenan. Kugy menjawab: Memang supaya kelihatan tua. Lalu mereka bercerita tentang pasangannya masing-masing. Lewat eskpresi muka –Hanung Barmantyo cukup jeli di sini- sudah tertangkap sebetulnya masih ada magnet. Chemistry Adipati Dolken dan Maudy Ayunda memang cukup kuat dan akting mereka berimbang sebagai dua orang berhubungan hati dalam bagian kedua terlihat di sini.
Kisah terus bergulir Keenan memutuskan tinggal di Jakarta dan melanjutkan bisnis keluarga akibat stroke yang diderita ayahnya, Adri (August Melasz), menjalani hubungan kasih jarak jauh dengan Luhde yang tinggal di Bali. Sementara Kugy menjalani semakin karib dengan Remi, atasannya di biro Iklan AdVocaDo. Konflik muncul pertemuan kembali Keenan dan Kugy memunculkan kembali ide mereka berdua, Kugy menulis cerita anak dan Keenan membuatkan ilustrasi.
Proyek ini berimbas dengan merosotnya prestasi kerja Kugy dan menjadi alasan bagi Sisca (Sharena) untuk mengkritik kedekatan Remi dan Kugy. Cerita terus bergulir ketika seluruh karyawan AdVocaDo berlibur ke Bali membuat pertemuan secara tak sengaja antara Kugy dan Luhde. Dari sini pelan-pelan hubungan-hubungan antar tokoh-tokoh dalam film terungkap, termasuk antara lena (Ira Wibowo), Ibu Keenan dan Pak Wayan (Tyo Pakusadewo).
Sekalipun Dee si penulis novel mungkin menampik, tetapi pola hubungan antar tokoh yang seperti kebetulan “Grand Design” seperti dalam seri Supernova-nya juga terasa di Perahu Kertas. Hanya saja memang Perahu Kertas jauh lebih renyah. Selain itu memang bisa lebih ditebak bukan saja hubungan cinta yang seperti yang sudah ditetapkan antar tokohnya, namun juga pencarian jati dirinya terutama tokoh utamanya Keenan dan Kugy. Termasuk dukungan Ayah Keenan terhadap pilihan karir anaknya.
Adegan dalam Perahu Kertas 2 (Kredit Foto Star Vision)
Dari segi kharakter untuk bagian kedua ini saya member apresiasi buat Reza Rahadian. Dia bisa menampilkan Remi yang dewasa dan membuat saya bersimpati penuh dengan tokoh ini. Berbeda ketika Maudy Ayunda adu akting dengan Adipati Dolken relatif seimbang, namun berhadapan dengan Reza Rahadian, Maudy terlihat benar-benar seperti anak-anak.
Walaupun peran kecil Ben Kasyani sebagai Karel, Kakak Kugy malah mencuri perhatian. Saya suka adegan ketika Kugy dan Keenan bertangis-tangisan di rumahnya, Karel memperhatikan dengan wajah “prihatin”. Tak perlu kata-kata menunjukkan empati. Ini beda kualitas Hanung Bramantyo yang membuat film cinta ringan menjadi berkualitas. Jauh dibanding rata-rata film bertema sejenis di FTVbahakn film layar lebar tema sejenis di era 2000-an ini .
Secara keseluruhan Perahu Kertas sebetulnya tidak punya tokoh anatagonis. Iri hati atau cemburu antar tokoh-tokohnya tidak berlebihan. Sekalipun sebetulnya cinta antara Kugy dan Keenan memberikan tanda tanya buat saya hampir tak ada penghalang yang kuat (dalam arti status sosial, ketidaksetujuan keluarga, perbedaan agama dan seterusnya), lalu mengapa menjadi rumit dan berliku?
Oh, saya lagu soundtrack-nya juga menarik. Namun yang paling saya suka adalah kembalinya Trio asal Bandung, Rida Sita Dewi ke blantika musik Indonesia membawakan lagu Langit Amat Indah karya Dewi Lestari sebagai salah satu lagunya. Harmoni suaranya masih seperti ketika mereka masih bersama. Bagi pengemar RSD yang kebetulan menonton film ini terobati kerinduannya. Masih ada cinta yang tersisa buat mereka.
sumber: kompas
0 comments:
Post a Comment