Badan peneliti dan konsultan bereputasi, Boston Consulting Group (BCG), dalam laporan riset terbarunya menyebutkan, akibat berhasil diturunkannya biaya produksi, energi terbarukan seperti bahan bakar bio, tenaga surya, angin, dan lain-lain, akan terus berkembang pesat hingga 15 tahun mendatang, dan akan menjadi primadona para investor maupun konsumen, serta dapat menjadi pengganti terbaik bagi sumber energi konvensional atau bahan bakar fosil.
Akan tetapi perkembangan energi terbarukan yang masih cukup panjang ini masih sangat membutuhkan teknologi untuk mengatasi sejumlah masalahnya.
Tantangan energi terbarukan
Karena masalah kelestarian lingkungan hidup, energi terbarukan terus mendapat perhatian khusus dan dukungan dana dari pemerintah berbagai negara (seperti AS dan Kanada), akan tetapi untuk jangka panjang para konsumen dan investor mungkin justru akan menjauhinya karena berpendapat bahwa teknologi energi terbarukan ini belum matang, dengan biaya produksi yang tinggi, harga jual yang mahal, serta keuntungan tipis.
Namun dalam laporannya BCG menyebutkan, seiring dengan kian tingginya kemampuan teknologi dan menurunnya biaya produksi, industri energi terbarukan kini mulai bertransisi. Dalam waktu 15 tahun ke depan industri energi konvensional akan menghadapi tantangan yang cukup berat, “perusahaan, pemerintah, dan investor akan mempertimbangkan kembali rencana investasinya dengan seksama untuk menghindari kerugian.”
Akan tetapi laporan BCG tersebut juga menyebutkan, industri energi konvensional (seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam) tetap akan menjadi pasar raksasa dengan keuntungan yang cukup besar, dan tidak akan semudah itu lenyap begitu saja. Di samping itu, teknologi dalam industri energi konvensional (seperti teknik pembangkit listrik dengan batu bara) serta peralihan atau transformasi peralatan pabrik dalam industri ini pada dasarnya juga membutuhkan biaya yang besar.
“Meskipun menghadapi tantangan, sebelum 2020, energi konvensional (seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam) tetap akan menjadi sumber energi utama bagi seluruh dunia,” lapor BCG.
Bahan Bakar Bio tingkat tinggi
Dalam laporannya, BCG memperkirakan bahwa biaya produksi untuk menghasilkan bahan bakar bio dari serat yang telah dibuang dan membusuk, jerami, rumput liar, daun, atau pakan ternak, akan setara dengan biaya produksi bensin sebelum 2015 mendatang, atau turun hingga 10 sen AS setiap KWH, dan akan menjadi saingan berat bagi sumber energi fosil konvensional.
Saat ini hambatan teknis untuk menghasilkan bio fuel tingkat tinggi (seperti ethanol yang dihasilkan dari bahan baku non pangan) adalah: membangun infrastruktur transportasinya dan perlengkapan penyimpanan, serta memproduksi mobil yang memanfaatkan bahan bakar bio tingkat tinggi atau bahan bakar campuran (seperti bensin dicampur dengan bahan bakar bio tingkat tinggi).
Tenaga surya berbentuk cair
Kini teknologi yang memanfaatkan tenaga surya untuk memanaskan air yang kemudian digunakan untuk membangkitkan listrik sudah sedemikian matang, dan biayanya sudah ditekan menjadi sama dengan biaya dalam teknologi pembangkit listrik konvensional (seperti bata bara untuk membangkitkan listrik).
Namun meskipun energi surya dapat disimpan dalam wujud cairan panas, namun sulit untuk disalurkan – inilah yang kini menjadi kendala dalam penyebar-luasan pemanfaatan energi surya berwujud cairan ini.
Energi surya fotovoltaik
Dengan menggunakan panel fotovoltaik, sinar matahari dapat langsung ditransformasikan menjadi energi listrik. Perkembangan teknologi fotovoltaik kini juga sudah berkembang sedemikian rupa sehingga biaya produksi dapat ditekan. Laporan BCG menyatakan, hingga 2020 mendatang biaya produksi energi surya fotovoltaik akan sama dengan biaya produksi sumber energi lainnya, dan akan memiliki daya saing tinggi.
Total kapasitas listrik di seluruh dunia yang dapat dihasilkan dengan teknologi fotovoltaik ini akan mencapai 120 ~ 140 miliar watt pada 2015 mendatang, atau sekitar 6 ~ 7 kali lipat kapasitas produksi listrik pada 2009 yang hanya sebesar 20 miliar watt.
Tenaga angin
Tenaga angin dapat dibedakan menjadi dua macam yakni tenaga angin darat (onshore wind) dan tenaga angin laut (offshore wind). Jika dibandingkan dengan sumber energi terbarukan lainnya, teknologi energi tenaga angin ini sudah sangat mumpuni.
Laporan BCG menyatakan, di sejumlah tempat, biaya produksi satuan listrik dengan tenaga angin darat sudah sama dengan teknologi pembangkit listrik konvensional, bahkan terus menunjukkan tren menurun. Diperkirakan pada 2015, biaya produksi listrik dengan tenaga angin dapat ditekan lagi sebesar 15%, hingga mencapai 12 ~ 13 sen AS untuk setiap KWH.
Menurut data statistik dari Asosiasi Energi Tenaga Angin Kanada (CanWEA), dalam satu dekade terakhir, tingkat pertumbuhan pembangkit listrik tenaga angin di seluruh dunia telah mencapai 25%. Dan pada 2020 mendatang, total nilai investasi di sektor energi tenaga angin di seluruh dunia akan mencapai 1 triliun dolar AS, dengan kapasitas listrik tahunan mencapai lebih dari 6 triliun watt per tahun.
Namun kendala tenaga angin adalah: dibutuhkannya lahan yang sangat luas, yang biasanya sulit untuk mendapat izin dari pemerintah, dan sulit untuk menyimpan listrik yang dihasilkan. (The Epoch Times/lie)
Search : http://erabaru.net/iptek/
0 comments:
Post a Comment