Buah Pare Yang Tak Pahit



Buah pare pahit di mulut
tidak pahit di hati
Gula-gula manis di mulut
tidak manis di hati
Yang dialami dalam kehidupan
beraneka ragam rasanya
Ingin yang manis
atau yang pahit
tergantung pada hati kita sendiri


Menu makan pada saat mengikuti pelatihan dasar persiapan keperwiraan, meskipun boleh dikata lumayan, namun kadang-kadang juga muncul menu seperti buah pare ditumis dengan daging. Bagi banyak rekan yang tidak suka makan pare termasuk saya, pasti akan merasakan kegetirannya, karena ketika dimakan rasanya memang pahit tak terkatakan.
Namun lauk makan sudah dijatah, kalau tidak dimakan berarti hanya menghabiskan nasi putihnya saja. Dengan terpaksa akhirnya dimakan juga sebagian. Tapi aneh, mungkin karena sudah terbiasa, setelah beberapa kali mencobanya sudah tidak lagi merasakan pahitnya buah pare. Malah sebaliknya, semakin menyukainya, bahkan dapat merasakan ada rasa manis buah pare saat dimakan bersama daging dan taoco.
Sebenarnya buah pare masih tetap pahit, namun saya yang memakan buah pare sudah berubah, sudah tidak lagi merasa pahitnya buah pare.
Sesungguhnya, jika tidak ada pelatihan itu mungkin saja saya tidak akan menyukai buah pare seumur hidupku.
Buah pare tidak pahit, begitu juga tahu fermentasi yang berbau keras tidak lagi berbau. Ini bukanlah abnormal, sebaliknya bagi orang yang menyukai buah pare tidak akan merasa menderita memakannya, justru akan menikmatinya. Bagi orang yang menyukai tahu fermentasi yang berbau keras itu, tidak merasakan baunya yang menyengat. Sebaliknya malah merasakan kesedapannya. Bagi mereka, buah pare dan tahu fermentasi yang berbau keras merupakan makanan lezat di dunia.
Saya yakin pada saat pertama kali mengonsumsi buah pare dan tahu fermentasi, tentu akan merasakan pahit dan bau, tapi lama kelamaan tidak lagi merasa pahit maupun bau. Bukan karena makanannya yang telah berubah, melainkan karena sering makan menjadi terbiasa, terjadi penyesuaian, dan rasanya juga ikut berubah.
Bukan hanya terhadap makanan, tetapi juga berlaku terhadap banyak hal.
Teringat pada awal masuk taman kanak-kanak. Para siswa banyak yang tidak menyikat gigi, karena merasa repot dan tidak menyukainya, sehingga banyak yang giginya rusak. Akhirnya pihak sekolah meminta semua anak membawa sikat dan pasta gigi ke sekolah. Sang guru lalu mengajarkan cara menggosok gigi yang benar, kemudian mereka menggosok gigi bersama. Setelah dilakukan beberapa kali, semua anak sudah terbiasa, maka ketika bangun tidur di pagi hari, mereka sudah mengetahui harus menggosok gigi.
Ketika usia sudah mulai tua, tubuh mulai bertambah gemuk. Penyebab utamanya, meski asupan makanannya sama, namun aktivitas fisik sudah sa-ngat berkurang. Olah raga yang semula digemari lambat laun mulai ditinggalkan karena kesibukan dan penurunan stamina, oleh sebab itu banyak olahragawan yang tubuhnya membengkak seiring dengan bertambahnya usia.
Hal-hal yang disukai ataupun yang tidak disukai, setelah digeluti beberapa saat, lambat laun akan terjadi penyesuai-an, baik diterima ataupun tidak.
Sesungguhnya kita dalam menghadapi kehidupan juga demikian, perasaan gembira ataupun menderita akibat kesuksesan dan kegagalan hidup akan sangat berbeda untuk orang yang berlainan.
Ada orang yang sedemikian menderitanya sampai pada taraf “lebih suka tidak dilahirkan”, ada yang bergembira sampai taraf  “mati pun tidak akan menyesal”.
Perbedaan ini timbul terutama karena perbedaan kemampuan menyesuaikan diri dan perbedaan kelenturan untuk menerima benturan.
Ketika kehidupan seseorang menjadi pahit dan berbau seperti buah pare atau tahu fermentasi, sebenarnya dia tidak mempunyai pilihan lain, suka atau tidak suka harus dihadapi, karena tidak akan dapat dihindari. Yang dimaksudkan dengan “dihadapi” di sini adalah “cara penanganannya”, baik mundur menghindar  ataupun tekun dan teguh, sama halnya seperti saat menghadapi buah pare, mau dimakan atau tidak.
Di sini bukan membahas prinsip besar yang hebat, bukan pula untuk memecahkan masalah besar dalam kehidupan, hanya agar pada suatu saat kita dapat berpikir menggunakan sudut pandang yang berbeda untuk menyesuaikan diri, selain sisi pahit kehidupan buah pare masih terdapat sisi lain kehidupan “buah pare yang tidak pahit”.

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment