Album Begadang (1973) merupakan album pertama Rhoma dengan grup musik Soneta. Dalam album ini Rhoma tidak hanya bernyanyi sendiri, melainkan juga duet bersama Elvy Sukaesih. Lewat album inilah Rhoma melejit dengan lagu Begadang. Kekuatan lagu ini terletak pada liriknya yang sederhana dan musik yang sederhana.
"Begadang jangan begadang, kalau tiada artinya. Begadang boleh saja, kalau ada perlunya," demikian salah satu potongan pembuka lagu itu.
Menurut peneliti musik dangdut dari Universitas Pittsburg, Amerika Serikat, Prof Andrew Weintraub, dalam buku "Dangdut: Musik, Identitas, dan Budaya Indonesia" (KPG 2012), menuliskan, selain karena keragaman sumber musiknya, Rhoma Irama menjadikan dangdut sebagai wahana gagasan tentang moral dan politik rakyat.
"Dangdut dijadikan sebagai medium untuk membentuk sikap mengenai moralitas, relasi gender, dan komunitas nasional," tulis Andrew dalam bukunya yang juga menganalisa pesan 307 lagu Rhoma yang telah dikeluarkan.
Berikut 16 album Soneta dari masa ke masa:
Soneta Volume 1 - Begadang (1973)
Entah kenapa lagu itu begitu familiar sampai sekarang, padahal dalam album itu terdapat lagu Tung keripit yang juga tidak kalah bagus dalam irama musik. Begadang juga masuk dalam 150 Lagu Indonesia Terbaik majalah Rolling Stone Indonesia yang diterbitkan pada Desember 2009 dalam urutan 24, lagu dangdut pertama yang dianggap terbaik sepanjang masa oleh majalah franchise asal Amerika Serikat itu. Lagu lainnya album itu seperti, Sengaja, Sampai pagi, Cinta Pertama, Kampungan, Ya le le, Tak Tega, Sedingin salju, dan Sya la la.
Soneta Volume 2 - Penasaran (1974)
Tidak salah dalam album ini lagu Penasaran menjadi andalan utamanya. Bisa dikatakan lagu penasaran akan mudah diingat oleh penggemar lagu Rhoma meski sudah diliris 38 tahun lalu. Coba ingat dengan lirik ini dan dibarengi dengan alunan musik cepat menghentak ala Soneta Grup, "...Sungguh mati aku jadi penasaran. Sampai mati pun akan ku perjuangkan. Memang dia yang paling manis. Di antara gadis yang manis. Aku pun tak merasa heran. Kalau dia jadi rebutan...."
Dalam album ini juga terdapat lagu Kelana 3 yang kelak pada 1978 dijadikan Original soundtrack film Berkelana I dan II. Lagu lain dalam album ini juga terdapat, Kejam, Asam Garam, Engkau, Ku bawa, Gembala, Rujuk, Teman, Satu Antara Dua.
Soneta Volume 3 - Rupiah (1975)
Rupiah adalah lagu pilihan utama dalam album ini. Peneliti musik dangdut dari Universitas Pittsburg, Amerika Serikat, Prof Andrew Weintraub menulis, pada November 1975, Rhoma Irama saat mengeluarkan album bersamaan jelang keberangkatannya menunaikan ibadah haji. Selain adanya perubahan musiknya, Andrew menyebutkan, pada masa itu Rhoma juga keras terhadap anggota Soneta yang minum alkohol dan berzina bila perlu dipecat bila ketahuan.
Selain itu penampilan Rhoma dalam fase ini mengalami perubahan drastis. Dia kerap menggunakan baju koko putih khas timur tengah. Demikian juga rambutnya yang sebelumnya gondrong juga dipangkas. Maka tidak mengherankan dalam penelitian Andrew, pesan yang disampaikan Rhoma dalam album ini terkesan menggurui. Cek saja dari lirik lagu dalam album ini, Birahi, Beku, Rambate Rata Hayo, Datang untuk Pergi, Dendam, Asal Sombong, Api dan Lautan, Hello-hello, dan Mengapa Merana.
Soneta Volume 4 - Darah Muda (1975)
Seolah kembali muda, Rhoma kembali menelurkan lagu yang sampai saat ini masih terdengar dan disukai. Dalam album ini, Rhoma membuat lagu Darah Muda seolah dekat dengan kaum muda.
Album ini keluar setelah Rhoma pulang menunaikan ibadah haji. Dalam album ini, beberapa lagu Rhoma berduet dengan Rita Sugiarto yang baru bergabung dengan Soneta Grup. Inilah album pertama Rhoma Irama yang membagikan poster dirinya dalam kondisi tidak gondrong yang berpose bersama Rita. Lagu lain dalam album ini, Apa Kabar, Kematian, Biduan, Cuma Kamu, Awet Muda, Dilarang Melarang, Pria Idaman, Api dan Lautan.
Soneta Volume 5 - Musik (1976)
Tidak butuh lama untuk Rhoma dan grupnya untuk mengeluarkan album. Kurang dari setahun, pada 1976 dia mengeluarkan album baru dengan hits andalannya pada lagu Musik. Lagu yang mengukuhkan pilihan Rhoma dengan pilihan musiknya, musik melayu. Dan lagu itu sseperti menangkis serangan musikus lain yang kerap menghina dangdut pada saat itu.
Coba perhatikan salah satu potongan lirik refrein-nya, "...Musik yang kami perdengarkan. Musik yang berirama Melayu. Siapa suka mari dengarkan Yang tak suka, boleh berlalu. Bagi pemusik yang anti-Melayu. Boleh benci jangan mengganggu. Biarkan kami mendendangkan lagu. Lagu kami lagu Melayu...."
Selain menunjukkan kebanggannya pada musik melayu, lagu lain yang juga hits dalam album ini adalah lagu yang berjudul Nyanyian Setan. Lirik lagu ini kian menunjukkan pesan musik yang ingin disampaikan dengan terang-terangan. Dalam fase ini Rhoma menganggap jalan hidupnya dalam bermusik adalah dakwah. Beberapa judul lagu dalam lagu ini bisa dijadikan perhatian, Hitam, Lapar, Joget, Masya Allah, Pasangan, Kandungan, dan Kunang-kunang.
Soneta Volume 6 - 135.000.000 (1977)
Hampir semua radio menjadikan lagu 135 juta jadi pilihan pendengar terbanyak saat itu. Dalam penelitian Andrew, pada fase 1977-1982 itu Rhoma banyak membungkus isi lagunya dengan pesan-pesan kemasyarakatan dan politik.
Lagu 135 juta adalah lagu yang berbicara tentang keragaman suku yang ada di Indonesia. Keragaman suku bangsa yang mestinya tetap bersatu. Lagu ini sempat menjadi bumerang saat Rhoma dituduhkan kampanye SARA dalam Pilkada Jakarta Oktober kemarin.
Selain itu judul lagu ini tidak berubah, meski jumlah penduduk Indonesia bertambah, meski saat dinyanyikan Rhoma pada Agustus 2011 di Senayan saat konser dia mengubah lirik 135 juta menjadi 200 juta. Lagu lain yang juga populer dalam album ini adalah Ani. Lagu yang kerap didendangkan kembali sekarang ini. Adapun lagu lain dalam album ini, Ajojing, Cup-cup, Lidah, Cinta Segitiga, Pemarah, Bunga Surga, Lukaku.
Soneta Volume 7 - Santai (1977)
Lagu Santai dalam album ini adalah salah satu lagu Rhoma Irama yang mendapat pujian luas. Bahkan pelaku musik non-dangdut menyebut lagu itu adalah bentuk baru atau evolusi musik dangdut di tangan Rhoma Irama.
Lagu lain dalam album ini yang juga cukup berhasil menggaet penggemarnya adalah lagu Do mi sol. Salah satu lagu yang dijadikan pengiring dalam salah satu film yang dibintangi Rhoma. Lagu lain dalam album adalah, Keramat, Teman Biasa, Kekasih, Bahasa Isyarat, Banyak Jalan ke Roma, dan Bercanda.
Soneta Volume 8 - Hak Asasi (1978)
Pada masa itu Rhoma Irama masih menjadi juru kampanye Partai Persatuan Pembangunan. Lagu hits dalam album ini adalah Hak Asasi. Pemerintah Orde Baru sempat mengharamkan lagu ini beredar di Televisi Republik Indonesia, Radio Republik Indonesia, bahkan coba disingkirkan peredaran kasetnya. Rhoma Irama juga dilarang tampil dalam acara televisi saat itu.
Lagu itu dianggap mengkritik penguasa dengan lirik, "Terapkan demokrasi Pancasila Sebagai landasan negara kita. Janganlah suka memperkosa... Kebebasan warga negara...Karena itu bertentangan. Dengan perikemanusiaan."
Soneta Volume 9 - Begadang 2 (1979)
Meski judul album ini hampir sama dengan album pertama saat bersama Soneta Grup. Lagu Begadang II ini juga menjadi trend tersendiri bagi penggemar Rhoma. Lirik dan musiknya berbeda dengan lagu begadang yang sebelumnya. Lagu lain yang bisa disimak dalam album ini, Bulan, Terpaksa, Siapa, Insya Allah, Tak Pernah, Lelaki, Hayo.
Soneta Volume 10 - Sahabat (1980)
Ini album terakhir Rita Soegiarto bergabung dengan Soneta Grup. Enam lagu dalam album setidaknya memiliki daya pikat bagi penggemar Rhoma. Dua lagu yang cukup populer dalam album ini adalah lagu Sahabat dan Taqwa. Sedangkan empat lagu lainnya, Buaya, Tersesat, Tak Sabar, Srigala Berbulu Domba.
Soneta Volume 11 - Indonesia (1980)
Rhoma tidak takut membuat lagu yang membuatnya bisa dilarang tampil di televisi dan radio oleh Orde Baru. Lagu Indonesia yang dijadikan bahan kritik untuk pemerintah saat itu menjadi musik dangdut saat itu. Apalagi lirik lagunya bernada protes terhadap pemerintah.
Lagu lain yang populer dalam album itu Sawan Kam Hina, lagu India yang digubah Rhoma yang berduet dengan Nandani. Tiga lagu lain dalam album ini adalah, Jangan Lagi, Takkan Lagi, Romantika.
Soneta Volume 12 - Renungan Dalam Nada (1981)
Inilah salah satu album Rhoma Irama yang tidak menjadikan salah satu lagu menjadi judul utama albumnya. Ada enam lagu Rhoma dalam album ini. Dua lagu yang cukup populer saat itu yakni, lagu Lari Pagi dan Adu Domba. Lagu lain dalam album ini, Setetes Air Hina, Sebujur Bangkai, Quran dan Koran, Citra Cinta
Soneta Volume 13 - Emansipasi Wanita (1983)
Dalam album ini, Rhoma Irama kembali menggunakan salah satu judul lagu sebagai judul albumnya. Lagu Emansipasi Wanita jadi pilihan utama. Lagu lain yang tidak kalah populer pada saat itu adalah Modern. Sedangkan tiga lagu lainnya, Nasib Bunga yang dinyanyikan Noer Halimah, Lagi-lagi Cinta, Nilai Sehat.
Soneta Volume 14 - Judi (1989)
Album ini diambil dari soundtrack film yang dibintangi Rhoma sendiri. Lagu Judi jelas lagu yang paling populer saat diluncurkan ke pasar. Lewat lagu inilah Rhoma kembali bisa tampil di televisi setelah dicekal oleh pemerintah Orde Baru. Ada enam lagu dalam album ini, Dasi dan Gincu, Penyakit cinta, Hatimu-hatiku, Roda Kehidupan, Harga Diri.
Soneta Volume 15 - Gali Lobang Tutup Lobang (1989)
Album ini memiliki ingatan yang kuat di mata penggemar Rhoma Irama. Lagu Gali Lobang Tutup Lobang masih kerap terdengar hingga saat ini. lagu lain dalam album ini juga familiar adalah lagu 1001 macam. Tiga lagu yang lainnya, Ibu Kota, 1001 macam, Tergila-gila, Masa depan.
Soneta Volume 16 - Bujangan (1994)
Inilah album terakhir Soneta bersama Rhoma Irama. Setelah album ini, Rhoma lebih banyak mengeluarkan lagu single. Lagu Bujangan tetap menjadi favorit dalam album ini. lagu lainnya, Terserah Kita, Janji Itu Hutang, Pesta Pasti Berakhir, dan Bencana.
Di luar Soneta Grup, Rhoma Irama juga masih memiliki lagu hit di zamannya dan masih cukup diingat oleh penggemar Rhoma. Sebut saja seperti lagu, Mirasantika (1997) hingga beberapa lagu dalam bentuk lagu pengiring film (soundtrcak).
via: merdeka.com
0 comments:
Post a Comment