Rumput Tetangga Tak Selalu Lebih Hijau

Rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau. Ungkapan klasik. Namun memang benar adanya. Entah sudah sifat alami manusia, kita suka sekali membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Dan setiap kali itu pula, koq rasanya selalu orang lain lebih “wah” dari kita. Apa benar kita seburuk itu?



Ubah Fokus
Percaya atau tidak, banyak peristiwa yang kita alami adalah permainan pikiran dan persepsi kita. Maksudnya ketika kita merubah pikiran dan persepsi kita, peristiwa tersebut menjadi ‘terlihat’ dan ‘terasa’ berbeda. Buktinya, satu peristiwa yang sama bisa terlihat beda oleh dua orang yang berbeda.

Kaitannya dengan rumput tetangga? Rumput tetangga terlihat lebih hijau karena kita hanya fokus pada rumput hijaunya, tanpa melihat rumput-rumput layu di sebelahnya. Sama halnya kita tidak sadar rumput kita pun banyak yang hijau, bahkan lebih segar.

Maksudnya kita terlalu fokus pada kelebihan orang lain dan kekurangan diri sendiri. Sebenarnya bila kita ingin berpikir objektif, pasti ada kelebihan kita yang tidak dimiliki ‘tetangga’ kita. Bukankah setiap manusia terlahir dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing? :)

Ketika kita mampu melihat kelebihan dalam diri kita, pasti peluangnya lebih besar untuk terus bertumbuh dan mengembangkan potensi kita. Jauh lebih baik daripada menganggap diri sendiri lebih jelek dari orang lain. Biarlah ‘tetangga’ hidup dengan anugerah kelebihan-kekurangannya, seperti saya pun dianugerahi kelebihan-kekuranganku.



Bersyukur
Nampaknya kata “bersyukur” sudah pernah kita dengar dimana-mana. Sudah biasa itu. Tapi kenyataannya, banyak orang yang belum benar-benar bersyukur…mensyukuri segala anugerah hidupnya.

Bersyukur membuat kita lebih bahagia. Bersyukur menyadarkan kita akan hal-hal positif yang kita miliki. Ternyata hidup kita dilimpahi hal-hal baik yang belum tentu dimiliki orang lain. Selama ini kita tidak melihatnya, karena sibuk membanding-bandingkan diri dengan orang lain.

Dengan membiasakan bersyukur, kita akan belajar menghargai apa-apa yang kita miliki. Kita akan mengurangi sikap membanding-bandingkan diri dengan ‘tetangga’. Bersyukur mencerminkan ‘mindset berkelimpahan’ ….jauh lebih nyaman daripada membanding-bandingkan diri yang mencerminkan ‘mindset serba kekurangan’ .

Bersyukur tidak harus dimulai dari hal-hal besar. Hal-hal baik sekecil apapun bisa disyukuri. Nafas contohnya. Nampaknya sepele, tapi jika nafas ini tidak ada lagi, fatal akibatnya. Apalagi yang bisa saya syukuri saat ini?



Merasa Nyaman Menjadi Diri Sendiri

Rumput tetangga terlihat lebih hijau karena kita melihat diri sendiri dengan persepsi negatif. Dalam artian, kita menganggap dan percaya bahwa “saya tidak sehebat orang lain”. Persepsi diri yang negatif hanya akan membuat kita down…dan tentunya membuat hidup kita tidak nyaman. Karena selalu membanding-bandingkan diri, dan akhirnya merasa kalah.

Kita bisa belajar untuk membangun persepsi diri yang positif dengan belajar mencintai diri sendiri. Kita perlu merasa nyaman menjadi diri kita. Ibaratnya: “Ini lho saya…saya bersedia mencintai dan menerima diri saya seutuhnya, apa adanya. “

Ketika kita bisa menerima diri kita, dan bersedia merasa nyaman dengan diri kita, kita akan berhenti membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita akan berhenti merasa kalah, ketika kita belajar menghargai diri kita sendiri. Biarlah dia menjadi dia, saya menjadi saya.

About mentari

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment