Siapa yang menyangka bahwa tanpa diduga kita akan kehilangan orang yang kita cintai. Hingga rasanya begitu pahit dan sangat sulit buat kita menerima kenyataan tersebut. Hidup tak selamanya selezat madu aku telah merasakannya, betul-betul pahit dan sangat sulit untuk diterima. dalam 1 tahun aku kehilangan orang-orang yang sangat berpengaruh dalam hidup ku, nenek ku pertama setelah 3 bulan kemudian menyusul kakek ku dan 7 hari mejelang Hari Raya Iedul Fitri tahun lalu Ayah ku yang paling aku cintai sebagai seorang imam dalam keluarga akhirnya ikut meninggalkan kami 11 orang anak dan seorang isteri yang selalu setia mendampinginya di usianya yang ke 54 tahun.
Kenyataan ini sungguh sulit dan tidak dapat begitu saja aku terima, akal sehat pun tidak dapat mengimbangi kegalauan dan kepustusasaan yang terjadi secara beruntun ini. Hanya saja hal yang selalu membuat berfikir untuk melanjutkan hidup saat ini karena Tuhan masih menjaga seorang Ibu untuk kami, dan aku tahu pada akhirnya juga akan meninggalkan kami. Setiap kali kali fikiran negatif ini menggerogotiku, hal yang paling membuat ku tetap bertahan dan kuat ketika aku teringat sebuah ayat dalam Al-qur'an yang begitu besar menguatkan harapan ku,
"Fa inna ma'al 'ushri yusraa. inna ma'al 'ushri yusraa". (Setelah kesusahan pasti ada kemudahan)
Setiap kesusahan (kesulitan) setelahnya ada kemudahan (kebahagiaan), hidup memang tak selezat madu tapi hidup itu sebuah perjuangan untuk menjadi lebih berarti bagi orang-orang yang berada di sekitar kita. Maka jangan lah mengharapkan manisnya madu dalam hidup tapi berbagilah manisnya madu kehidupan seperti seeokor lebah yang memberi manfaat madu yang mampu membantu bunga terus bermekaran, bukan agar kamu mendapat balasan madu yang manis tapi berbagi itu lezat semanis madu.
0 comments:
Post a Comment